ku tutup telepon malam
ini. Sesuatu terjadi untuk kesekian kalinya didalam hati ini, sebuah degupan.
degupan yang luar biasa. Kemungkinan,kau merasakan hal yang sama terhadapku.
Kenapa kita begini ? kenapa kita terus lari dari kenyataan ? yang selalu aku pikirkan
adalah dirimu. Kau yang membuatku terhipnotis, terpukau, aku harus tau.
Pernahkah kau pikirkan ini saat kau sendirian ? kemungkinan diantara kita
? gilakah aku atau jatuh cinta ? nyatakah ini atau hanya kegilaan ? pernahkah
terlintas dipikiranmu saat kita sedang duduk berdua menghabiskan waktu. Apakah
kita hanya teman atau lebih ?
ini adalah kesempatan yang harus kita ambil. Karena, aku
yakin kita bisa mengubah ini menjadi sesuatu yang akan terus ada selamanya,
selamanya.
Awalnya, aku pernah berharap bahwa kau memang pilihanku untuk
menggantikan dia. Hanya saja, aku tidak pernah berfikir bahwa kau adalah
pelampiasanku saja, aku tidak pernah berpikiran seperti itu. Tidak pernah
terlintas sedikitpun didalam otakku, di kepalaku. Kita tau bahwa memang tidak
ada yang baik. Mungkin benar akan memakan waktu yang tidak sebentar. Tapi, kita
yakin pasti bisa.
Inilah kamu yang
datang menggantikan dia….
Dengan sejuta pesona yang
menjadikan kamu sosok yang begitu anggun.
Ini tentang kamu, yang
membuatku tertawa dan terkadang membuatku sedikit jengkel
Inilah aku yang datang
menggantikan dia…
Dengan segenap ke-egoan
dan kebodohan yangku bawa serta dosa.
Ini aku, yang tidak
pernah menghargai sang waktu untuk menghargaimu.
Ini tentang kita, yang
cintamu selalu kalah dengan rasa egoku.
Namun, aku
tidak pernah berhenti untuk terus mencoba apa yang kita “mimpikan” itu terwujud. Walaupun aku tau kau serupa
kertas basah yang di genangan sungai yang membuat aku ragu dan tidak bisa
berharap banyak.
maafkan aku
tidak bisa mengerti maksud amarah, membaca dan memahami isi hatimu dibalik rasa
jengkel terhadapku, terhadap sifatku yang terlalu menyebalkan. Aku masih belum
bisa seutuhnya untuk memahami dirimu. Karena kau selalu mempertahankan sifat dingin dan sedangkan aku selalu
memperlihatkan sifat hangat. Sehingga
tidak ada titik temu yang tepat untuk kau dan aku hanya untuk saling berbicara
tentang isi hati masing-masing. Atau sekedar mencicipi secangkir cappuccino hangat di sore hari. Yah,
sekedar hal itu saja kita tidak bisa.
Kenapa
kita begitu ? tidak pernah bertanya sebabnya. Andai saja kita tau. Andai saja
batasan itu tidak ada. Walaupun seringkali aku mengabaikan batasan itu hanya
untuk membuatmu tersenyum sekali saja.
Tapi,
akhir-akhir ini sering terpikirkan olehku. Tentang apa yang kita miliki.
Entah…
Karena
apa ? kali ini aku ingin menuliskan tentangmu, hanya saja kali ini jari-jariku
ingin menuliskan tentangmu dalam lembaran kertas. Hanya tentangmu.
Disini,
disebuah kursi dan meja yang menahan kokoh tubuhku, memaku dan menuliskan apa
yang seharusnya aku tulis. Sebenarnya aku menantikan waktu untuk berbicara
langsung denganmu. Menantikanmu bersuara dan berbicara denganmu. Namun aku
terlalu takut. Dari semua hal yang aku takuti adalah kenyataan ini.. hanya
saja, terlalu takut untuk mengganggu hari-harimu serta kesibukan dan duniamu.
Sebelumnya,
aku menyempatkan waktu untuk menelponmu.
“hahaha”
Kau
tertawa,walau tidak ada hal yang menggelikan sebenarnya. Lalu seperti biasa,
kau sibuk dengan urusanmu, faby-mu, dan begitupun denganku. Dan akhirnya,
setelah aku menyadari tidak ada gunanya berbicara tanpa isi. Aku mematikan telepon . hanya agar memberikan kau waktu untuk
bersenang-senang dengan urusanmu, duniamu.
Sering
aku bertanya dalam kepalaku..
Kau
sedang apa ? apakah sudah makan malam ? apakah kau merasa ada yang salah dengan
kita ? aku sadar, aku menyadari telah banyak yang berubah. Walau kau tidak
pernah beranggapan demikian. Aku menyadari banyak hal yang kita biarkan salah
belakangan ini, yang aku tau hanya ini memang murni kesalahanku. Namun ,saat
aku berkata demikian kau selalu saja membantah. Aku tau maksudmu, agar aku
tidak terlalu menyalahkan diri terus. Seakan aku tidak mau berbagi beban itu kepadamu. Apakah aku sedikit benar ? sampai
kapan kita akan seperti ini ?
Disini
aku tersadar, bahwa tidak ada gunanya bertengkar. Jika kita paksaan keadaan
seperti ini terus, kita tidak akan bahagia.
Apa
aku merindukanmu sekarang ?iya.
Apa
aku merindukan perhatiamu ? tentu saja, aku merindukan segalanya
tentangmu,kasih.
Aku
merindukan menatapmu untuk jatuh lebih dalam pesonamu. Seakan, aku tenggelam
indah dalam kasihmu. Ya, aku merindukan itu.
Ingat
saat kita sama-sama berbincang dalam telefon ? kita berbincang tentang drama
korea yang kau sukai dan sangat aku benci itu. Pikiranku tentangmu saat ini
begitu menghangatkan hati. Berbeda, rasanya mengingat selama ini hatiku
cenderung dingin. Entah berapa banyak terima kasih yang harus aku ucapkan
kepadamu untuk perhatian dan juga cinta yang kau curahkan. Mungkin saja, ini
bukan cinta sebenarnya, hanya saja aku yang terlalu jauh mengira rasa ini
adalah cinta . ini adalah momen bahagia dalam sedikit bahagiaku.
Ketika kau terbangun dari tidurmu, lihat
berapa banyak air liur terendap di bantalmu. Segenap itulah rasa rinduku padamu.. aah,tetap saja ini tidak berarti apa-apa untukmu.
Kau
tau semua kata-kata yang aku maksud bukan ? atau hanya ini sekumpulan kosa kata
yang aku katakan. Namun, dimatamu ini hanya “omong kosong” saja
Sudah,
tidak apa, lupakan saja. Seenggaknya, kamu pernah menjadi juara satu di sini,
di hati aku. Walaupun kamu tidak harus tau. Semoga bahagia disana, apapun yang
terjadi ke depannya, bersyukurlah karena itu pilihanmu. Aku akan mendoakan yang
terbaik, hanya itu saja yang bisa aku lakukan sekarang.
Berat
mengakui bahwa memang aku mencintaimu, tapi ini akan bertambah sakit jika kita
terus paksakan keadaan yang seperti ini, aku tidak ingin kau terluka lebih dari
ini. Jadi,aku mohon. Lupakan aku, seenggaknya itu berarti banyak buat kamu.
Dan…
terima kasih untuk rasa yang aku anggap bahagia sebelumnya. Serta kisah-kisah
yang kita buat selama ini. Dan pada akhirnya..
Selamat
tinggal cintaku, selamat tinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar