Minggu, 05 Juli 2015

selamat tinggal..



ku tutup telepon malam ini. Sesuatu terjadi untuk kesekian kalinya didalam hati ini, sebuah degupan. degupan yang luar biasa. Kemungkinan,kau merasakan hal yang sama terhadapku. Kenapa kita begini ? kenapa kita terus lari dari kenyataan ? yang selalu aku pikirkan adalah dirimu. Kau yang membuatku terhipnotis, terpukau, aku harus tau. Pernahkah kau pikirkan ini  saat kau sendirian ? kemungkinan diantara kita ? gilakah aku atau jatuh cinta ? nyatakah ini atau hanya kegilaan ? pernahkah terlintas dipikiranmu saat kita sedang duduk berdua menghabiskan waktu. Apakah kita hanya teman atau lebih ?
ini adalah kesempatan yang harus kita ambil. Karena, aku yakin kita bisa mengubah ini  menjadi sesuatu yang akan terus ada selamanya, selamanya.

Awalnya, aku pernah berharap bahwa kau memang pilihanku untuk menggantikan dia. Hanya saja, aku tidak pernah berfikir bahwa kau adalah pelampiasanku saja, aku tidak pernah berpikiran seperti itu. Tidak pernah terlintas sedikitpun didalam otakku, di kepalaku. Kita tau bahwa memang tidak ada yang baik. Mungkin benar akan memakan waktu yang tidak sebentar. Tapi, kita yakin pasti bisa.

Inilah kamu yang datang  menggantikan dia….
Dengan sejuta pesona yang menjadikan kamu sosok yang begitu anggun.

Ini tentang kamu, yang membuatku tertawa dan terkadang membuatku sedikit jengkel

Inilah aku yang datang menggantikan dia…
Dengan segenap ke-egoan dan kebodohan yangku bawa serta dosa.

Ini aku, yang tidak pernah menghargai sang waktu untuk menghargaimu.

Ini tentang kita, yang cintamu selalu kalah dengan rasa egoku.


Namun, aku tidak pernah berhenti untuk terus mencoba apa yang kita “mimpikan”   itu terwujud. Walaupun aku tau kau serupa kertas basah yang di genangan sungai yang membuat aku ragu dan tidak bisa berharap banyak.
maafkan aku tidak bisa mengerti maksud amarah, membaca dan memahami isi hatimu dibalik rasa jengkel terhadapku, terhadap sifatku yang terlalu menyebalkan. Aku masih belum bisa seutuhnya untuk memahami dirimu. Karena kau selalu mempertahankan sifat dingin dan sedangkan aku selalu memperlihatkan sifat hangat. Sehingga tidak ada titik temu yang tepat untuk kau dan aku hanya untuk saling berbicara tentang isi hati masing-masing. Atau sekedar mencicipi secangkir cappuccino hangat di sore hari. Yah, sekedar hal itu saja kita tidak bisa.
Kenapa kita begitu ? tidak pernah bertanya sebabnya. Andai saja kita tau. Andai saja batasan itu tidak ada. Walaupun seringkali aku mengabaikan batasan itu hanya untuk membuatmu tersenyum sekali saja.

Tapi, akhir-akhir ini sering terpikirkan olehku. Tentang apa yang kita miliki.
Entah…
Karena apa ? kali ini aku ingin menuliskan tentangmu, hanya saja kali ini jari-jariku ingin menuliskan tentangmu dalam lembaran kertas. Hanya tentangmu.

Disini, disebuah kursi dan meja yang menahan kokoh tubuhku, memaku dan menuliskan apa yang seharusnya aku tulis. Sebenarnya aku menantikan waktu untuk berbicara langsung denganmu. Menantikanmu bersuara dan berbicara denganmu. Namun aku terlalu takut. Dari semua hal yang aku takuti adalah kenyataan ini.. hanya saja, terlalu takut untuk mengganggu hari-harimu serta kesibukan dan duniamu.
Sebelumnya, aku menyempatkan waktu untuk menelponmu.

“hahaha”

Kau tertawa,walau tidak ada hal yang menggelikan sebenarnya. Lalu seperti biasa, kau sibuk dengan urusanmu, faby-mu, dan begitupun denganku. Dan akhirnya, setelah aku menyadari tidak ada gunanya berbicara tanpa isi. Aku mematikan telepon  . hanya agar memberikan kau waktu untuk bersenang-senang dengan urusanmu, duniamu.

Sering aku bertanya dalam kepalaku..
Kau sedang apa ? apakah sudah makan malam ? apakah kau merasa ada yang salah dengan kita ? aku sadar, aku menyadari telah banyak yang berubah. Walau kau tidak pernah beranggapan demikian. Aku menyadari banyak hal yang kita biarkan salah belakangan ini, yang aku tau hanya ini memang murni kesalahanku. Namun ,saat aku berkata demikian kau selalu saja membantah. Aku tau maksudmu, agar aku tidak terlalu menyalahkan diri terus. Seakan aku tidak mau berbagi beban itu  kepadamu. Apakah aku sedikit benar ? sampai kapan kita akan seperti ini ?

Disini aku tersadar, bahwa tidak ada gunanya bertengkar. Jika kita paksaan keadaan seperti ini terus, kita tidak akan bahagia.
Apa aku merindukanmu sekarang ?iya.
Apa aku merindukan perhatiamu ? tentu saja, aku merindukan segalanya tentangmu,kasih.
Aku merindukan menatapmu untuk jatuh lebih dalam pesonamu. Seakan, aku tenggelam indah dalam kasihmu. Ya, aku merindukan itu.

Ingat saat kita sama-sama berbincang dalam telefon ? kita berbincang tentang drama korea yang kau sukai dan sangat aku benci itu. Pikiranku tentangmu saat ini begitu menghangatkan hati. Berbeda, rasanya mengingat selama ini hatiku cenderung dingin. Entah berapa banyak terima kasih yang harus aku ucapkan kepadamu untuk perhatian dan juga cinta yang kau curahkan. Mungkin saja, ini bukan cinta sebenarnya, hanya saja aku yang terlalu jauh mengira rasa ini adalah cinta . ini adalah momen bahagia dalam sedikit bahagiaku.

 Ketika kau terbangun dari tidurmu, lihat berapa banyak air liur terendap di bantalmu. Segenap itulah rasa rinduku padamu.. aah,tetap saja ini tidak berarti apa-apa untukmu.
Kau tau semua kata-kata yang aku maksud bukan ? atau hanya ini sekumpulan kosa kata yang aku katakan. Namun, dimatamu ini hanya “omong kosong” saja

Sudah, tidak apa, lupakan saja. Seenggaknya, kamu pernah menjadi juara satu di sini, di hati aku. Walaupun kamu tidak harus tau. Semoga bahagia disana, apapun yang terjadi ke depannya, bersyukurlah karena itu pilihanmu. Aku akan mendoakan yang terbaik, hanya itu saja yang bisa aku lakukan sekarang.

Berat mengakui bahwa memang aku mencintaimu, tapi ini akan bertambah sakit jika kita terus paksakan keadaan yang seperti ini, aku tidak ingin kau terluka lebih dari ini. Jadi,aku mohon. Lupakan aku, seenggaknya itu berarti banyak buat kamu.
Dan… terima kasih untuk rasa yang aku anggap bahagia sebelumnya. Serta kisah-kisah yang kita buat selama ini. Dan pada akhirnya..  
Selamat tinggal cintaku, selamat tinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar