Sabtu, 02 Mei 2015

waktu serta jaman yang tak aku pahami

[Enter Post Title Here]



Hujan masih menangisi bumi dari langit. Udara dingin seolah enggan beranjak dari muka bumi. Suara rintik-rintik  hujan seolah menjadi alunan musik dimalam ini, gemercik air berseling dengan suara rintik hujan hingga membuat suasana mencekam kala sang petir telah bergemuru. Malam yang kelam telah berganti dengan pagi yang menyejukan. Ah, segarnya menghirup udara pagi. Kabut pagi masih menggantung dilangit. Kicauan burung-burung pun terdengar menyambut pagi ini,dan orang-orang sudah mulai sibuk dengan aktifitas pagi mereka. Kerja,berdagang, dan bahkan ada yang bersekolah serta kuliah. Semua sudah bangun dari awal untuk menyambut pagi ini. Nah gue ? masih asyik bergemul dengan selimut dan guling, tentu saja.
gue membuang pandangan ke luar jendela, yang sejak dari tadi terus gue pandangi dan mengurung gue dari dunia luar. Memikirkan hal yang sedari dulu gue pikirkan sewaktu masih duduk dibangku SMA, jujur saja masa SMA gue enggak terlalu menyenangkan. Ya bagaimana tidak, masa SMA adalah masa pem-Bullying disekolah  merajalela. Tapi, ah sudahlah lupakan~ gue bukan mau bahas itu. Sudahkah lo berfikir lo mau jadi apa setelah lulus dari bangku SMA nanti ? kerja ? kuliah ? atau nikah muda ? jika lo mikirin itu saat ini , berarti kita sama !. gue kira setelah tamat dari bangku SMA adalah masa yang paling menyenangkan seumur hidup gue. Padahal kenyataannya adalah hal yang paling bosan yang dihabiskan dengan makan tidur,makan lagi terus tidur lagi -__- monoton banget.
Gue sempet berpikiran buat kuliah, berangan-angan buat jadi mahasiswa ter-keren dikampus, tapi itu bukan point-nya, gue kuliah buat nyari ilmu ngejar gelar, kerja terus cari calon terus nikah punya anak. Yaa, mudah kalo Cuma ngomong prakteknya susah broo susah. Lebih susah dari lo ngabisin bakso di kantin sekolah.

“dek, bangun udah siang. Sarapan sudah siap”

suara mama dari luar kamar, membangunkan gue dari lamunan gue.

“iya ma,sebentar”

Sepetik tentang gue.
Gue adalah anak ke terakhir dari 5 bersaudara bisa dibilang anak bungsu atau yang lebih dikenal anak yang paling dimanja. Gue nggak malu dibilang anak mama,anak rumahan atau apalah. Seenggaknya gue nggak perlu dengeri apa kata orang-orang yang menurut gue nggak penting. Tapi,ya gitu gue emang anak mama^^. Anak pertama di keluarga gue adalah cewek, udah menikah punya anak satu, cewek imut tapi joroknya subhanallah banget. Namanya tika,sering dipanggil chika. Anak nakal yang hanya tau jajan sama beli mainan -_- gue nggak heran,namanya juga anak bocah. Anak kedua seorang prajurit TNI yang sekarang udah menjadi sosok impian gue sejak kecil sebelum gue terkena   kegalauan akan masa depan. Jadi ya gitu, gue masih bingung mau jadi apa nanti (?), lanjut yang ketiga saat ini masih kuliah, sebenarnya gue kasian sama inga gue *sebutan untuk anak tengah* mau ajukan skripsi tapi ditolak mulu sama dosen, gue nggak tau itu salah siapa ? jangan tanyakan sama gue, jujur gue nggak tau apa-apa soal mereka. Biarkan waktu yang menjawab. *ini  mengarah kemana sih*. Ke-empat adalah kakak sekaligus rival gue dalam hal bermusik. Kami selalu berdebat tentang music anak remaja masa kini dan selalu berpendapat yang berbeda-beda. Tentang siapa yang menang ditentuin dengan pengetahuan akan music serta sejarah penyanyi dan pencipta lagu. Sejujurnya, pengetahuan gue masih awam banget kalo soal music, bermain alat music aja gue nggak bisa. But,kalo ngomongin soal gila bola, gue masih juga tetep kalah -_- gue heran itu otak atau computer yang ada googlenya sih, kakak gue tau semuanya,soal music,bola, bahkan tentang mantan kalian kayaknya dia tau. Ya kali. Terakhir ada gue, udin *sebutan anak nakal*  nya dikeluarga ini. Anak tercakep yang pernah bokap gue lahirin :D walaupun sejujurnya kakak gue masih lebih cakep dari gue *tonjok foto kakak*.
Gue beranjak dari tempat tidur dan segera ke  kamar mandi, basuh muka dengan facewash andalan. Gosok gigi dan tak lupa memberesin tempat tidur. Gue langsung menuju dapur, acara sarapan pagi ini menjadi yang teramat sederhana dan menyiksa. Bukan karena makanannya yang teramat apa adanya.  Tapi gue terlihat tidak berselera memasukkan makanan apapun kedalam mulut gue. Gimana nggak, pas mau suapin makanan eh ditanya sama bokap.

“kamu mau jadi apa ? kuliah nggak, mau masuk militer juga nggak mau” pertanyaan bokap langsung menusuk ke relung hati gue yang paling dalem, pedih bro pedih.

“mau jadi oranglah pap” gue jawab seadanya  aja.

“ya,kamu liat kakak-kakak kamu, inga udah kuliah, mamas kamu udah wisuda sekarang udah kerja *mamas : panggilan buat rival gue dikeluarga ini*, kakak kamu udah jadi TNI, tinggal kamu aja belum tau masa depan kamu mau jadi apa ?? apa mau nikah ? yaudah, gih cari calon entar biar papa yang lamarin”

“yakali nikah muda, emang zamannya apa ini ? situ nurbaya kan udah lewat”

“terus mau kamu apa ? papa sudah tua nak,pikirlah dari sekarang”

Gue nggak langsung jawab, gue hanya mengambil roti serta segelas susu dan pergi ke kamar. Sebenarnya pernyataan papa itu benar. Papa sudah tua sekarang, nggak tau umurnya sampai berapa lama lagi.
 Seketika gue mikir, gue sebenarnya bukan tipe orang yang suka mikir, gue terlalu konyol diumur gue yang sekarang gue masih ingin bermain-main dengan waktu. Pertanyaan papa itu seketika mengubah gue dari yang bertingkah konyol, cuek dengan dunia. Sekarang malah jadi pemikir dan ambisius. Seharian gue habiskan waktu dengan melamun dan  berfikir. Gue harus berubah, gue harus berubah sekarang. Walau nggak harus berubah jadi powerranger, setidaknya,gue harus bisa minimal buat bokap bangga !. Honestly ,gue takut nggak bisa bahagian bokap tepat pada waktunya, karena gue adalah orang yang suka membuang-buang waktu dengan percuma. Ini adalah salah satu rasa takut diatas rasa ketakutan gue.

Jadi, sekarang adalah apa yang lo takutkan di dunia ini ? beritahu gue,berapa banyak hal yang kalian takuti didunia ini ?
Takut tidak lulus SMA ?  takut tidak lulus kampus yang lo pengen  ? atau takut jomblo lo bakal kekal ?.yakela tong, ini belum terhitung  betapa gue takut akan panasnya api neraka ,walaupun nih ya kemungkinan gue lebih dominannya masuk neraka dari pada surga , mungkin  gue akan menghabiskan waktu disana. Apa yang gue takutkan adalah saat waktu dan ajal itu menjemput salah satu orangtua gue. Ini adalah salah satu bagian paling kelam dan keji dalam hidup. Saat kita tidak bisa menyalahkan siapapun akan ajal dan sang waktu. Bagaimana mungkin kita bisa baik-baik saja menjalani hidup tanpa adanya mereka ? mereka yang mempercayai kita dari sejak kecil yang diharapkan akan sukses dimasa depan, sayangnya, kenyataannya sering kali melenceng dari harapan kedua orang tua kita.  Percayalah, hidup gue nggak akan baik-baik saja setelah itu. Atau sebaliknya, bagaimana jika gue yang akan lebih dulu mendapatkan panggilan dari Tuhan untuk menemui-Nya di alam sana. Apakah kedua orang tua gue dan bahkan kerabat serta saudara gue akan baik-baik saja setelahnya ? gue harap demikian, seenggaknya gue udah mengurangi beban mereka sedikit. Adalah hal yang tidak baik sebenarnya jika mereka kehilangan gue akan menjadi hal  yang memberatkan bagi kehidupan mereka kelak,terutama bokap dan nyokap gue. Gue juga sampai sekarang belum berhasil membuat salah satu anggota keluarga gue bangga, belum pernah gue denger dari bibir mereka, mereka bangga akan diri gue.
Tapi,hal ini pasti terjadi bukan ? generasi terus berganti,tahta serta singgasana akan mereka saat ini akan tergantikan oleh generasi yang lebih muda dan pintar,dan tentu saja kitalah yang akan menggantikan mereka. Hidup terus berjalan, berjalan seperti kereta yang terus melaju. Bisakah kita menghentikan kereta ini sebentar saja ? kalian gila jika berpikir bisa melakukan itu ! jika kalian menghentikan laju kereta ini. Maka,rusaklah sudah stabilitas serta normalitas hidup orang banyak setelahnya.
Waktu pada akhirnya akan mengambil semua yang kita cinta. Impian,mimpi, bahkan orang-orang terdekat sekalipun akan hilang oleh waktu. Inilah yang membuat gue nggak terlalu menyukai waktu. Walaupun kita hidup berdasarkan waktu. Selain itu,waktu juga mengajarkan bahwa hidup ini penuh dengan realita bukan dengan status personal di akun BBM kalian,bukan. Waktu juga memberitahu gue kalo realita adalah pukulan kasar atas mimpi-mimpi kecil, seperti mimpi nge-dapetin hati lo misalnya. Realita itu menghujam,membuat luka, dan menyadarkan gue kalo hanya yang kuat yang mampu bertahan. Bukan para cabe-cabean.
Tak seorangpun bisa menghentikan waktu atau sekedar memperlambatnya. Yang harus kita lakukan adalah berdamai dengan waktu dan berdamai dengan diri sendiri untuk tidak  menuntut terlalu banyak dalam hidup, dan tentu saja kita harus berdamai dengan hidup.
“don’t stop this train, don’t for a minute change the place you’re in…”
~

Terlepas tentang lamunan gue tentang waktu, gue beranjak pergi keluar rumah, sekedar iseng mau cari udara segar dan melepaskan beberapa beban dikepala. Gue telusuri jalan raya dengan sepeda butut  peninggalan kakek dulu. Sesampainya gue di taman kota, kaki gue udah terasa lelah untuk mengayuh pedal sepeda ini, otot-otot kaki mulai terasa berat. Jadi, gue mutusin buat istirahat sejenak, gue duduk sambil menyenderkan sepeda gue. Dari seberang jalan ada dua bocah SMP lagi rebutan buku *kayaknya sih diary*, awalnya gue Cuma liatin doing, pas banget ditaman hari ini lagi sepi, mungkin karena hari ini hari kamis deh, walaupun nggak ada sangkut-pautnya sama hari kamis. Tapi, di taman hari kamis yang biasanya rame sekarang berubah menjadi sepi mungkin ini semua karena pak komar sudah pindah kota, huhu -_-
Setelah sekitar 5menit-an gue samperin tuh dua bocah.

“kalian kenapa ? dari tadi rebutan buku ? emang buku apa ?”
Dua bocah itu kaget.

“ini kak, dia nakal mau rebut buku aku” bocah wanita menjawab

“eh,enggak kok kak, dia nih yang ge-er aku kan Cuma pengen liat buku itu doang” bocah laki-laki membantah

 “gini, nama kamu siapa ?” gue nunjuk anak cowok

“verii kak”

“kalo kamu ?”

“aku diana kak”

“gini emang ini buku siapa ? “

“buku aku kak, verii tuh yang maksa ambil buku aku, ini kan privasi aku”

“eh mana ada kak , dia mengada-ada tuh”

“udah, ini buku cewek, jadi nggak mungkin kalo Diana bohong, kamu juga ngambil secara paksa, emangnya kamu buat apa sih buku diary cewek gini ? mau nulis diary juga ?”

“bukan gitu kak”

“terus ? mau cari perhatian sama si Diana ? kamu suka sama dia ?”

“……”

“heyy,ayo jawab!” Diana membentak verii dengan muka asem, seasem muka bopak ^^

“iiiiyyaaaa kak , aku cinta Diana, tapi dia nggak mau sama aku, maunya sih buku itu aku mau pinjem buat ngasih ini *sambil nunjukin sepucuk kertas yang nggak gue tau apa isinya*, tapi dia nggak mau ngasih, padahal niat aku Cuma mau ngasih ini doang”

“niat kamu nggak salah ver,Cuma cara kamu yang salah, lagian masih kecil udah main cinta-cinta aja, kakak aja yang udah gede masih jomblo -___- *jangan di tiru yaa adik-adik dengan kejombloan kakak, jomblo itu nggak baik buat kesehatan batin*, emang kamu tau cinta itu apa ?”


“nggak tau, tapi yang jelas aku sayang Diana kak”

“*Diana hanya terdiam seribu kata*”

“kamu aja nggak tau apa itu cinta, tapi udah berani bilang cinta -___- mau jadi apa kamu ini ?” belum sempat gue lanjut ngomong nih anak main nyosor aja

“mau jadi pacar Diana kak” dengan senyuman memikat hati *hati kebo kali ah*

“gini aja deh, kamu kasih si Diana itu kertas, entar kamu tunggu reaksinya *sebenarnya,gue udah tebak pasti itu kata-kata buat nge-gombal cewek. ah,anak jaman sekarang*”
Setelah membaca dengan berulang-ulang Diana yang dengan muka bĂȘte nan asem dalam sekejap berubah menjadi senyum-senyum sendiri, mungkinkah ini cinta dikalangan anak muda ? ah, gue juga mau -__-

“yaa ver, aku juga sebenarnya juga sayang sama kamu” .akhirnya mereka jadian.

“yaudah, sekarang udah jam berapa, ayo kalian pulang kasian mama kalian pasti nyariin. Ingat ? cinta kalian di jaga jangan rebut hanya karena satu buku lagi”

“iyaa kak,makasih kak”

Gue hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala. Duhh, gue mimpi apa semalem ? sampe-sampe ada anak SMP yang nembak cewek didepan gue, sedangkan gue sampe sekarang hati masih nganggur. Miris banget nih hati

“kamu yang tabah yaa, mungkin hari ini belum waktunya *ngomong sama hati*”
Terus hati menjawab “kamu juga yang sabar yaa,mungkin jomblo kamu akan terus berlanjut”

Lah kamvret ini hati *tusuk-tusuk hati* mampus loo mampusss!! -___-

Dear kamu. Anak SMP aja udah bisa pacaran, nah kita kapan nih ?^^. Sampai kapan lo biarin hati ini merana dengan segala kesepian ini ? nggak kasian sama gue ? hiks hiks T_T. sebenarnya,gue nggak habis pikir anak SMP aja udah bisa pacaran. Padahal mereka belum tau apa itu cinta ? sebenarnya cinta itu apa ? perasaan seperti apa ? banyak orang berkata cinta dalah rasa kasih saying. Lah,kalo kasih sayang mah lo bisa dapetin dari orang tua kan ? apa itu nggak cukup ? terus kalo cinta adalah peduli dan perhatian lo juga bisa dapetin itu dari orang tua. FYI cinta adalah rasa iklhas  untuk menerima semua tentang dia baik buruknya dia, lo harus bisa menerima dengan sepenuh hati kalo dia juga nggak cinta sama lo. Karena pada hakekatnya cinta adalah ikhlas bukan paksaan dan cinta bukan juga kalo lo harapkan dia juga sayangin lo, itu bukan cinta , itu hanya egois dari sekian keinginan lo didunia ini. So, cinta adalah ikhlas ,termasuk cinta lo sama Allah , orang tua bahkan sesama remaja-remaja kekinian. Itu sih sedikit pendapat gue. Sisanya terserah kalian mau menyingkapi definisi cinta itu seperti apa. Emang gue peduli ? huahaha!.

Gue teringat waktu dulu, sewaktu gue masih memiliki cinta. Ah betapa rasanya…
“Sewaktu malam kala rembulan masuk ke celah dimana hati kita bicara. Saat kita berkata bahwa kita saling memahami, saling memerlukan. Saat kita berkisah kita akhirnya dipertemukan dengan “dia”. Kita akhirnya menikmati rasa. Tersenyum, menangis, marah, meminta maaf. Berapa kali kita melakukan itu ? berapa kali kita mengulanginya ?
 Aku tersenyum mellihatmu menangis, lalu kau tersenyum melihat aku kesusahan menenangkanmu. Aku menangis melihatmu menangis, lalu kau tersenyum melihatku menangis. Ya, kau bahagia melihat akhirnya aku punya emosi. Aku yang dikata tidak punya perasaan,cenderung dingin. Namun,akhirnya menangis bersamamu, karenamu.
Aku yang dulu marah atas semua larangan dan perhatian. Sekarang aku malah merindu. Kau marah karena aku masih terlalu bertindak seperti anak kecil. Sentimentil ,itu katamu. Aku belajar agar kemudian bisa menyenangkanmu, aku belajar untukmu. Hanya saja, aku benci bahwa kau benar. Bahwa aku adalah pria tanpa komitmen. Memilih meninggalkan yang aku butuhkkan sebenarnya, mungkin hingga sisa umur, untuk mereka yang aku temui setiap hari. Dan sejak hari itu semua kacau.
Sore itu, entah ada angina apa , kita berdua sama-sama menginginkan bersuara. Kau lebih dulu.

“kita tau apa yang terjadi, dan kita tau apa yang terbaik”
Dalam satu menit pertama, itu yang kau ucap. Aku hanya menatap matamu, meyakini ini ilusi. Ternyata tidak, ini realita. Aku tidak tau berkata apa, hanya menimpali.

“ yah, mungkin bagi kita, bersama hanyalah wacana. Tidak untuk jadi nyata. Setidaknya, untuk saat ini atau bahkan hingga nanti, ketika kehidupan telah berhenti bermula”
  


terima kasih , pernah menjadi dari bagian ceritaku,walau tidak sebahagia yang kita khayalkan.


bersambung~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar