I wish you could see your face right now /‘cause you’re grinning like a fool
And we’re sitting on your kitchen floor /On a Tuesday afternoon
Bahagia
rasanya kembali menemuimu, menghabiskan waktu bersama lagi setelah kita
terpisah jarak untuk beberapa lama. 5 tahun kurang lebih. Meskipun
dalam beberapa bulan itu kita tidak sempat bertemu ketika sama sama pulang
kesini, ke kota tempat kita merasa hidup itu begitu damai. Kota yang
selalu menjadi tempat kita pulang. Yang lebih membahagiakan lagi, aku
kembali melihatmu tertawa. Aku mengingat kembali, ketika kita berpisah
kau penuh tangis melepasku. Ah, andai saja kau bisa melihat dirimu sendiri saat ini, kau
begitu bahagia,tertawa lepas, penuh canda, tanpa khawatir apapun yang
akan dunia berikan esok. Jujur saja, melihatmu sebahagia ini malah
membuatku menangis. Pada akhirnya aku memang menangis, ketika kau tugasi
aku untuk mengupas bawang merah. Yang punya ide memasak ini kan engkau,
kenapa aku harus terlibat? “ kau harus selalu aku libatkan dalam segala keputusanku, karena kau terlalu berharga untuk tidak aku libatkan, sayang.”
Terus terang, kalimat itu berharga sekali buatku, kau mengatakan bahwa
aku adalah orang yang berharga untukmu. Dan panggilan sayang itu, entah
tulus atau tidak, aku sudah sampai ke Uranus rasanya.
It doesn’t matter when we get back / to doing what we do
‘cause right now could last forever / just as long as i’m with you
Tidak
masalah bagaimana kita menghabiskan waktu, dan tidak masalah waktu itu
bisa saja membuatku kehilangan waktu untuk aktivitas lainnya. Selagi
bersamamu, itu tidak akan menjadi masalah. Aku harap tidak akan pernah
menjadi masalah. Justru, aku ingin selamanya menghabiskan waktu
denganmu. Entah itu dalam menghadapi masalah atau justru engkau yang
membuatku masuk ke dalam masalah, sekali lagi aku tegaskan bahwa selama
itu bersamamu, itu tidak akan pernah menjadi masalah buatku. Sesederhana
itu.
You’re just a daydream away/ i wouldn’t know what to say if i had you
I’ll keep you daydream away/ just watch from the safe place
So i never have to lose
Tapi,
sebaik apapun semua moment yang aku alami bersamamu, tak pernah
menimbulkan kepastian tentang seperti apa dan bagaimana kita sebenarnya.
Tentu saja, kita adalah teman baik atau yang sangat baik. Melebihi itu
malah. Apakah kita berpacaran ? entahlah. Aku tak menyukai ide untuk
memacarimu. Memang. Pertimbanganku enggan untuk mengikat kita dalam
sebuah hubungan nyata yang bisa disaksikan orang banyak adalah aku tidak
mau, dan tidak akan pernah mau kehilanganmu. Okelah, misalnya kita
berpacaran sekarang, tapi apakah itu akan untuk selamanya ? jika hanya
dalam 3 bulan kita berpisah, aku menolak untuk itu. 3 bulan kita
berpacaran, lalu setelah itu kita menjadi canggung satu sama lain ?
tidak. Gagasan itu kutolak mentah-mentah. Aku sudah banyak melihat
orang-orang yang seperti itu, dan aku tidak ingin menjadi salah satunya.
Biarlah, aku rasa kita lebih baik menjalaninya begini. Kita tidak
pernah akan kehilangan satu sama lain bukan ?
We would go out for the weekend / to escape our busy lives
And we’d laugh at all the douche-bag guys/ chasing down their desperate wives
I would drink a little to much/ you offer me a ride
And i would offer you a t-shirt/ and you’d stay another night
Melegakan
rasanya ketika tau engkau ikut bersamaku menuju ketempat aku bekerja
saat ini, yang memang hanya berjarak 2 jam dari kota tempat kita
tinggal. “Aku ingin refreshing beberapa hari” ujarmu tenang.
Baiklah, aku mengerti. Yang aku perlu lakukan hanyalah memastikan agar
kau bahagia dalam perjalanan ini. Entah berapa banyak lelaki diluar sana
yang engkau tertawakan, “gerombolan lelaki tak punya jiwa lelaki. Istri itu harusnya tak perlu ditakuti, jadikan ia partner, bukan monster”
ucapmu tegas. Aku terheran mendengarmu begitu. Ah ternyata, setelah
lama berpisah, kau tetap mengagumkan. Aku terus memandangimu di
sepanjang perjalanan ini, sebelum kemudian ucapanmu membuat dadaku
sesak,” nanti, aku tidak mau kita menjadi pasangan yang seperti itu!”. Aku hanya tersenyum simpul mendengarnya. Pasangan ? Nanti ?
We never stood the chance out there/ shooting love in a real time
So we’ll take it over ice tonight/ with a little salt and a little lime
Aku
tau aku adalah pria pecundang. Yang tak berani berjuang untuk
kebahagiaanku sendiri. Berjuang untuk kebahagiaanku sendiripun aku tak
mampu, apalagi berjuang untukmu. “Pengecut!” teriakku dalam
hati. Melihatmu tertidur damai saat ini dengan memancarkan lelah yang
teramat sangat sepertinya. Apakah itu lelah menunggu atau lelah terus
tersakiti, aku juga tidak tau. Yang aku tau satu menit kemudian, engkau
terjaga dari lelap tidurmu, memandangi, mengusap wajahku, lalu kita
berpelukan. Aku hanya berkata pelan. “Maafkan aku, aku sangat mencintaimu.”
Matahari, cepatlah datang, berikan cahaya untuk suasana yang dingin ini. Kau tau kami akan segera membeku dalam keheningan.
curup,2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar